BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dunia berkembang begitu pesatnya. Segala sesuatu
yang semula tidak bisa dikerjakan, mendadak dikejutkan oleh orang lain yang
bisa mengerjakan hal tersebut. Agar kita tidak tertinggal dan tidak
ditinggalkan oleh era yang berubah cepat, maka kita sadar bahwa pendidikan itu
sangat penting. Banyak negara yang mengakui bahwa persoalan pendidikan
merupakan persoalan yang pelik. Namun semuanya merasakan bahwa pendidikan
merupakan salah satu tugas negara yang amat penting. Bangsa yang ingin maju,
membangun, dan berusaha memperbaiki keadaan masyarakat dan dunia tentu
mengatakan bahwa pendidikan merupakan kunci keberhasilan suatu bangsa.
Pengemasan pendidikan, pembelajaran, dan
pengajaran sekarang ini belum optimal seperti yang diharapkan. Hal ini terlihat
dengan kekacauan-kekacauan yang muncul di masyarakat bangsa ini, diduga bermula
dari apa yang dihasilkan oleh dunia pendidikan. Pendidikan yang sesungguhnya
paling besar memberikan kontribusi terhadap kekacauan ini (Degeng dalam
Budiningsih, 2005:4).
Tantangan dunia pendidikan ke depan adalah
mewujudkan proses demokratisasi belajar. Pembelajaran yang mengakui hak anak
untuk melakukan tindakan belajar sesuai karakteristiknya. Hal penting yang
perlu ada dalam lingkungan belajar yang demokratis adalah reallness. Sadar
bahwa anak memiliki kekuatan disamping kelemahan, memiliki keberanian di
samping rasa takut dan kecemasan, bisa marah di samping juga bisa gembira
(Budiningsih, 2005:7).
Realness bukan hanya harus dimiliki oleh anak,
tetapi juga orang yang terlibat dalam proses pembelajaran. Lingkungan belajar
yang bebas dan didasari oleh realness dari semua pihak yang telibat dalam
proses pembelajaran akan dapat menumbuhkan sikap dan persepsi yang positif
terhadap belajar.
Dari uraian di atas maka dipandang perlu bagi seorang pendidik untuk memahami tentang pengertian, prinsip, dan perkembangan teori pembelajaran.
Dari uraian di atas maka dipandang perlu bagi seorang pendidik untuk memahami tentang pengertian, prinsip, dan perkembangan teori pembelajaran.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan uraian pada latar
belakang masalah di atas maka permasalahan mendasar yang hendak ditelaah dalam
makalah ini adalah:
1. Apa pengertian dari pembelajaran?
1. Apa pengertian dari pembelajaran?
2. Apa saja teori pembelajaran itu?
3. Bagaimana perbandingan antara teori pembelajaran behavioristik
dan konstruktive?
C. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan
Penyusunan Makalah
Tujuan
penyusunan makalah ini adalah untuk:
a. Mendeskripsikan
pengertian pembelajaran.
b. Mengkaji
teori pembelajaran yang sering dipakai di Indonesia .
c. Menelaah perbandingan teori pembelajaran behavioristik dan
konstruktif.
2. Manfaat Penyusunan Makalah
Penyusunan makalah ini bermanfaat secara:
a. Teoretis, untuk mengkaji ilmu pendidikan khususnya dalam
memahami pengertian pembelajaran dan teori pembelajaran.
b. Praktis, bermanfaat bagi:
(1) Para pendidik agar pendidik
dapat menerapkan teori pembelajaran yang sesungguhnya.
(2) Mahasiswa agar memahami tentang pengertian pembelajaran dan teori
pembelajaran.
BAB
II
PEMBAHASAN
MASALAH
A. Pengertian Pembelajaran
Pendidikan adalah suatu proses
dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin
terhadap lingkungannya dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya
yang memungkinkan untuk berfungsi secara adekuat dalam kehidupan masyarakat
(Hamalik, 2004: 79).
Pendidikan juga diartikan
sebagai upaya manusia secara historis turun-temurun, yang merasa dirinya
terpanggil untuk mencari kebenaran atau kesempurnaan hidup (Salim, 2004:32).
Menurut Undang-Undang Sisdiknas
nomor 20 tahun 2003 pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.
Pembelajaran adalah
usaha sadar guru untuk membantu siswa atau anak didik, agar mereka dapat
belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya.
Pengajaran adalah kegiatan yang
dilakukan guru dalam menyampaikan pengetahuan kepada siswa. Pengajaran juga
diartikan sebagi interaksi belajar dan mengajar. Pengajaran berlangsung sebagai
suatu proses yang saling mempengaruhi antara guru dan siswa.
Antara pendidikan, pembelajaran
dan pengajaran saling terkait. Pendidikan akan dapat mencapai tujuan jika
pembelajaran bermakna dengan pengajaran yang tepat. Sebaliknya pendidikan tidak
akan mencapi tujuan jika pembelajaran tidak bermakna dengan pengajaran yang
tidak tepat.
B. Teori
Pembelajaran
Brunner mengemukakan bahwa
teori pembelajaran adalah preskriptif dan teori belajar adalah deskriptif.
Prespektif karena tujuan teori pembelajaran adalah menetapkan metode
pembelajaran yang optimal. Dan deskriptif karena tujuan utama teori belajar
adalah memberikan proses belajar. Teori belajar menaruh perhatian pada hubungan
di antara variabel-variabel yang menentukan hasil belajar, atau bagaimana
seseorang belajar. Sedangkan teori pembelajaran menaruh perhatian bagaimana
seseorang mempengaruhi orang lain agar terjadi hal belajar, atau upaya
mengontrol variabel dalam teori belajar agar dapat memudahkan belajar.
Jika dilihat secara garis besar
teori pembelajaran yang sering digunakan dalam dunia pendidikan ada dua macam :
a. Teori Pembelajaran
Behavioristik
Thornike, salah seorang penganut paham
behavioristik, menyatakan bahwa belajar merupakan peristiwa terbentuknya
asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan
respon (R) yang diberikan atas stimulus tersebut. Ia menyimpulkan bahwa semua
tingkah laku manusia baik pikiran maupun tindakan dapat dianalisis dalam
bagian-bagian dari dua struktur yang sederhana, yaitu stimulus dan respon.
Dengan demikian, menurut pandangan ini dasar terjadinya belajar adalah
pembentukan asosiasi antara stimulus dan respon. Oleh karena itu, menurut
Hudojo (1990:14) teori Thondike ini disebut teori asosiasi.
Selanjutnya, Thorndike (dalam Orton, 1991:39-40;
Resnick, 1981:13) mengemukakan bahwa terjadinya asosiasi antara stimulus dan
respon ini mengikuti hukum-hukum berikut: (1) Hukum latihan (law of exercise),
yaitu apabila asosiasi antara stimulus dan respon serting terjadi, maka
asosiasi itu akan terbentuk semakin kuat. Interpretasi dari hukum ini adalah
semakin sering suatu pengetahuan – yang telah terbentuk akibat tejadinya
asosiasi antara stimulus dan respon – dilatih (digunakan), maka asosiasi
tersebut akan semakin kuat; (2) Hukum akibat (law of effect), yaitu apabila
asosiasi yang terbentuk antara stimulus dan respon diikuti oleh suatu kepuasan
maka asosiasi akan semakin meningkat. Hal ini berarti (idealnya), jika suatu
respon yang diberikan oleh seseorang terhadap suatu stimulus adalah benar dan
ia mengetahuinya, maka kepuasan akan tercapai dan asosiasi akan diperkuat.
Penganut paham psikologi behavior yang lain
yaitu Skinner, berpendapat hampir senada dengan hukum akibat dari Thorndike. Ia
mengemukakan bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan
(reinforcement). Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan
stimulus – respon akan semakin kuat bila diberi penguatan. Skinner membagi
penguatan ini menjadi dua, yaitu penguatan positif dan penguatan negative.
Penguatan positif sebagai stimulus, apabila representasinya mengiringi suatu
tingkah laku yang cenderung dapat meningkatkan terjadinya pengulangan tingkah
laku itu. Sedangkan penguatan negative adalah stimulus yang
dihilangkan/dihapuskan karena cenderung menguatkan tingkah laku (Bell,
1981:151).
b. Teori Pembelajaran
Konstruktivisme
Pembentukan pengetahuan menurut konstruktivistik
memandang subyek aktif menciptakan struktur-struktur kognitif dalam
interaksinya dengan lingkungan. Dengan bantuan struktur kognitifnya ini, subyek
menyusun pengertian realitasnya. Interaksi kognitif akan terjadi sejauh
realitas tersebut disusun melalui struktur kognitif yang diciptakan oleh subyek
itu sendiri. Struktur kognitif senantiasa harus diubah dan disesuaikan
berdasarkan tuntutan lingkungan dan organisme yang sedang berubah. Proses
penyesuaian diri terjadi secara terus menerus melalui proses rekonstruksi.
Yang terpenting dalam teori konstruktivisme
adalah bahwa dalam proses pembelajaran, si belajarlah yang harus mendapatkan
penekanan. Merekalah yang harus aktif
mengembangkan pengetahuan mereka, bukan pembelajar atau orang lain.
Mereka yang harus bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya. Penekanan
belajar siswa secara aktif ini perlu dikembangkan. Kreativitas dan keaktifan
siswa akan membantu mereka untuk berdiri sendiri dalam kehidupan kognitif
siswa.
Belajar lebih diarahkan pada experimental learning yaitu merupakan
adaptasi kemanusiaan berdasarkan pengalaman konkrit di laboratorium, diskusi
dengan teman sekelas, yang kemudian dikontemplasikan dan dijadikan ide dan
pengembangan konsep baru. Karenanya aksentuasi dari mendidik dan mengajar tidak
terfokus pada si pendidik melainkan pada peserta didik.
Beberapa hal yang mendapat perhatian
pembelajaran konstruktivistik, yaitu: (1) mengutamakan pembelajaran yang
bersifat nyata dalam kontek yang relevan, (2) mengutamakan proses, (3)
menanamkan pembelajaran dalam konteks pengalaman sosial, (4) pembelajaran
dilakukan dalam upaya mengkonstruksi pengalaman (Pranata,
http://puslit.petra.ac.id/journals/interior/.).
Hakikat pembelajaran konstruktivistik oleh Brooks
& Brooks dalam Degeng mengatakan bahwa pengetahuan adalah non-objective,
bersifat temporer, selalu berubah, dan tidak menentu. Belajar dilihat sebagai
penyusunan pengetahuan dari pengalaman konkrit, aktivitas kolaboratif, dan
refleksi serta interpretasi. Mengajar berarti menata lingkungan agar si belajar
termotivasi dalam menggali makna serta menghargai ketidakmenentuan. Atas dasar
ini maka si belajar akan memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan
tergantung pada pengalamannya, dan perspektif yang dipakai dalam
menginterpretasikannya.
Beberapa teori pembelajaran yang termasuk teori
pembelajaran konstruktive adalah sebagai berikut :
1) Teori Pembelajaran Kognitif
Teori pembelajaran kognitif, belajar adalah
perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai
tingkah laku, menekankan pada gagasan bahwa pada bagian-bagian suatu situasi
berhubungan dengan konteks seluruh situasi tersebut. Pengetahuan dibangun dalam
diri seseorang melalui proses interaksi yang bersinambungan dengan lingkungan.
Tokoh aliran ini Piaget, David Ausebel, Brunner.
Aplikasi teori belajar kognitif dalam
pembelajaran, guru harus memahami bahwa siswa bukan sebagai orang dewasa yang
mudah dalam proses berpikirnya, anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar
belajar menggunakan benda-benda kongkrit, keaktifan siswa amat dipentingkan,
guru menyususun materi dengan menggunakan pola atau logika tertentu dari
sederhana ke kompleks, guru menciptakan pembelajaran yang bermakna,
memperhatikan perbedaan individual siswa untuk mencapai keberhasilan siswa.
2) Teori
Pembelajaran Humanistik
Teori pembelajaran humanistik, belajar adalah
menekankan pentingnya isi dari proses belajar bersifat eklektik, tujuannya
adalah memanusiakan manusia atau mencapai aktualisasi diri. Tokoh teori
humanistik antara lain : Ausebel, teori Bloom, Kolb, Arthur W. Combs, Abraham
Maslow, Carl Rogers, dll.
Aplikasi teori humanistik dalam pembelajaran
guru lebih mengarahkan siswa untuk berpikir induktif (mengenal diri mereka
sendiri sebagai manusia yang unik dan mengenal potensi-potensi yang ada dalam
diri), mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan siswa secara
aktif dalam proses belajar.
3) Teori
Pembelajaran Kontemporer
Teori kontemporer yang bermunculan saat ini
banyak sekali di antaranya teori belajar sibernetik. Teori belajar sibernetik
merupakan teori belajar yang relatif baru, jika dibandingkan dengan teori-teori
belajar yang sudah dibahas sebelumnya. Teori ini berkembang sejalan dengan
perkembangan teknologi dan ilmu informasi. Teori kontemperer menerapkan
pembelajaran “Student Centered Learning”.
Menurut teori Sibernetik (Budiningsih,
2005:80-81), belajar adalah pengolahan informasi. Seolah-olah teori ini
mempunyai kesamaan dengan teori kognitif yaitu mementingkan proses belajar
daripada hasil belajar. Proses belajar memang penting dalam teori sibernetik
namun yang lebih penting lagi adalah sistem informasi yang diproses yang akan
dipelajari siswa. Informasi inilah yang akan menentukan proses bagaimana proses
belajar akan berlangsung, sangat ditentukan oleh sistem informasi yang
dipelajari. Tokoh teori ini Gage dan Berliner, Biehler, Snoman, Baine, dan
Tennyson.
Aplikasi teori ini, untuk mendukung proses
pembelajaran dalam kegiatan belajar hendaknya menarik perhatian, memberitahukan
tujuan pembelajaran kepada siswa, merangsang ingatan pada prasyarat belajar,
menyajikan bahan perangsang, memberikan bimbingan belajar, mendorong unjuk
kerja, memberikan balikan informatif, menilai unjuk kerja, meningkatkan retensi
dan alih belajar.
Dengan memahami pengertian dan teori-teori
pembelajaran, pendidikan yang berkembang di bangsa kita niscaya akan
menghasilkan out put-out put yang berkualitas yang mampu membentuk manusia Indonesia
seutuhnya.
BAB
III
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan:
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan:
1. Pembelajaran adalah usaha sadar guru untuk membantu siswa atau
anak didik, agar mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya. Antara
pendidikan, pembelajaran dan pengajaran saling terkait. Pendidikan akan dapat
mencapai tujuan jika pembelajaran bermakna dengan pengajaran yang tepat.
Sebaliknya pendidikan tidak akan mencapi tujuan jika pembelajaran tidak
bermakna dengan pengajaran yang tidak tepat.
2. Teori-Teori
Pembelajaran
a.
Teori Pembelajaran Behavioristik
Thornike menyatakan bahwa semua tingkah laku
manusia baik pikiran maupun tindakan dapat dianalisis dalam bagian-bagian dari
dua struktur yang sederhana, yaitu stimulus dan respon.
b.
Teori Pembelajaran Konstruktivisme
Yang terpenting dalam teori konstruktivisme
adalah bahwa dalam proses pembelajaran, si belajarlah yang harus mendapatkan
penekanan. Merekalah yang harus aktif
mengembangkan pengetahuan mereka, bukan pembelajar atau orang lain.
B. Saran
Pengertian dan teori-teori
pembelajaran hendaknya dipahami oleh para pendidik dan diterapkan dalam dunia
pendidikan dengan benar, sehingga tujuan pendidikan akan benar-benar dapat
dicapai.
DAFTAR PUSTAKA
Budiningsih, Asri C. 2005. Belajar
dan Pembelajaran. Jakarta :
Rineka Cipta.
Darsono, Max. 2001. Belajar
dan Pembelajaran. Semarang : IKIP Semarang Press.
Hamalik, Oemar. 2004. Proses
Belajar Mengajar. Jakarta :
Bumi Aksara.
Salim, Agus dkk. 2004. Indonesia
Belajarlah. Semarang : Gerbang Madani Indonesia .
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2006 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
No comments:
Post a Comment