PERMASALAHAN PENDIDIKAN
DI INDONESIA
A.
JENIS-JENIS PERMASALAHAN PENDIDIKAN
Masalah
didefinisikan sebagai kesenjangan antara apa yang senyatanya terjadi dengan apa
yang seharusnya terjadi. Pembahasan tentang masalah sangat bergantung pada dan
dalam setting apa pembicaraan itu berlangsung. Secara makro, beberapa masalah
pendidikan yang dapat diidentifikasikan yaitu mengenai pemerataan pendidikan
kualifitas, efisiensi dan relevansi pendidikan dengan kebutuhan pembangun.
1.
Pemerataan Pendidikan
Mencakup 3 aspek yaitu :
a.
Pemerataan
Kesempatan (Quality of Opportunity)
Berarti setiap warga negara
memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan.
b.
Aksesibilitas
(Accessibility)
Berarti setiap orang tanpa
memandang asal-usulnya memiliki akss yang sama ke dalam pendidikan pada semua
jenis, jenjang maupun jalur pendidikan.
c.
Keadilan
(Equity)
Yaitu perbedaan perlakuan pada
peserta didik sesuai denga kondisi internal dan eksternal.
2.
Relevasi
Makna ini dalam dunia
pendidikan berarti bergayut dengan kebutuhan menurut UU No. 2 / 1989 dan GBHN
1993, kebutuhan yang dimaksud adalah berkaitan dengan kebutuhan peserta didik,
keluarga, dan pembangunan yang mencakup berbagai sektor dan sub sektor.
3.
Kualitas
Kualitas pendidikan menunjuk
pada proses dan produk pendidikan. Ada 3 indikator untuk menilai kualitas produk pendidikan, yaitu:
a. Peserta didik menunjukkan tingkat
penguasaan yang tinggi terhadap tugas-tugas belajar yang harus dikuasainya
sesuai dengan tujuan pembelajaran / pendidikan.
b. Hasil pendidikan sesuai dengan kebutuhan
peserta didik dalam kehidupannya sehingga dengan upaya belajar yang dilakukan,
peserta didik bukan saja “mengetahui” sesuatu, melainkan juga “dapat melakukan
sesuatu” yang fungsional bagi kehidupannya.
c. Hasil pendidikan relevan dengan tuntunan
lingkungan terutama dunia kerja.
4.
Efisiensi
Upaya pendidikan disebut
efisiensi apabila hasil yang dicapai bersifat maksimal dengan menggunakan biaya
yang wajar. Secara konvensional pendidikan dikatakan efisiensi apabila biaya
yang digunakan semakin rendah dan hasil yang diperoleh semakin maksimal, dan
tidak dikatakan efisiensi apabila biaya yang digunakan besar sedangkan hasil
yang dicapai bersifat minimal.
B.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
BERKEMBANGNYA PERMASALAHAN PENDIDIKAN
Ada empat faktor yaitu :
1.
Berkembangnya Ilmu Pendidikan dan
Teknologi
Pendidikan
harus menghadapi restrukturisasi lapangan kerja di masa depan yang akan
memberikan prioritas yang lebih besar kepada lulusan pendidikan tinggi, dan
selanjutnya akan dibutuhkan latihan dalam jabatan terhadap tenaga-tenaga kerja
yang telah ada.
2.
Laju Pertumbuhan Penduduk
Tingkat
urbanisasi yang pesat di daerah-daerah perkotaan (kota besar) akan menimbulkan
kota-kota kumuh dan timbulnya megalopolis yang menyebabkan polusi lingkungan,
rusaknya pola pasaran kerja, dislokasi sosial dan budaya serta kurangnya sarana
pelayanan penting seperti sekolah.
3.
Aspirasi Masyarakat
Pendidikan
memiliki dua dimensi fungsional, yaitu fungsi reflektif dan fungsi progresif.
Fungsi reflektif berarti pendidikan harus berupaya mentransformasikan
nilai-nilai budaya yang berlaku di masyarakat.
Fungsi
progresif berarti para pelaksana pendidikan dituntut untuk menyiapkan peserta
didiknya mampu mengambil perannya di masa depan, meskipun terdapat berbagai
tantangan dan hambatan.
4.
Keterbelakangan Budaya
Faktor-faktor
ini sangat erat kaitannya dengan faktor kependudukan, iptek dan aspirasi
masyarakat dan ada juga faktor lain yaitu kesadaran akan kesukuan, ras dan
agama dalam masyarakat.
C.
PERMASALAHAN PENDIDIKAN AKTUAL DI LAPANGAN
Wardiman
Djojonegoro (1993: 7), menyatakan bahwa permasalahan pendidikan yang menonjol
selama Pembangunan Jangka Panjang I dan yang mempunyai implikasi pada
pengembangan kebijakan pendidikan dalam Pelita VI sebagai awal PJP II.
1.
Pemerataan Kesempatan
a.
Wajib
belajar 9 tahun, jalur sekolah maupun luar sekolah.
b.
Peningkatan
perhatian pada populasi khusus.
c.
Perluasan
investasi untuk infrastruktur dan tenaga kependidikan.
d.
Realokasi
sumber dan keahlian pendidikan ke daerah-daerah.
e.
Desentralisasi
/ dekonsentrasi untuk mengoptimalkan penggunaan sumber daya pendidikan di
daerah yang mendorong kreativitas.
2.
Relevansi
a.
Pemenuhan
kebutuhan individu, peserta didik dan tenaga kerja melalui “cooperative education”.
b.
Penguatan
program pendidikan kejuruan menengah dan tinggi melalui magang, PPL, praktik di
dunia industri dan usaha.
c.
Penguatan
pendidikan keterampilan sebagai bagian integral kurikulum SLTP.
d.
Peningkatan
program keterampilan di luar sekolah melalui kejar paket B dan pemanfaatan BLK
/ KLK bekerjasama dengan Depnaker.
e.
Penguatan
program pendidikan profesional di perguruan tinggi.
3.
Kualitas
a.
Peningkatan
sarana dan prasarana pendidikan.
b.
Standardisasi
dalam penyelenggaraan pendidikan.
c.
Kendali
mutu pendidikan pada tingkat makro, meso dan mikro.
d.
Meningkatkan
pendidikan jasmani untuk meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani.
e.
Penataan
sistem penjuruan di SMA dengan lebih menekankan kepada pilihan berdasarkan
minat dan kemampuan.
4.
Efisiensi
a.
Meningkatkan
koordinasi, integrasi, sinkronisasi (KIS) di dalam Depdikbud dan antara
Depdikbud dengan departemen lain.
b.
Peningkatan
profesionalisme meliputi keahlian.
c.
Desentralisasi
dan dekonsentrasi manajemen nasional pendidikan.
d.
Meningkatkan
pengawasan dan pengendalian.
Oleh: Tyo Wingkie
No comments:
Post a Comment